ALLAH TIDAK PANDANG RUPA DAN AMALMU
Menurut Ibnu
Athaillah :
“Sebuah maksiat yang berbuah
kerendahan diri dan kefakiran (di hadapan Allah) lebih baik daripada amal
ibadah yang melahirkan bibit kebanggan dan keangkuhan.”.
Ringkasan Syarah terhadap pendapat Ibnu Athailah dari para ulama:
Syekh Ibnu Abbad:
“ Tak ada kebaikan apapun pada amal ibadah yang lazim padanya sifat bangga dan.
Sebaliknya, (Allah) tidak peduli pada maksiat yang lazim padanya sifat kerendahan
diri karena sifat itu akan menghapus dan menghilangkan kadar kesalahan maksiat
tersebut.
Syekh Abu Madyan berkata:”Kerendahan
diri pelaku maksiat lebih baik daripada kewibawaan orang yang beramal saleh.”
Syekh
Ibnu Ajibah:“Buat saya, maksiat yang membuahkan kerendahan diri lebih utama
dibanding ketaatan ibadah yang memicu keangkuhan karena tujuan hakiki atas amal
ibadah adalah ketundukan, penyerahan, kepatuhan, ketaklukan, dan kerendahan
diri, Yang jadi patokan adalah hasil atau buah dari keduanya .
Syekh
Abul Abbas Al-Mursi : “Mahaguru kami berkata, ‘Sebuah maksiat kepada Allah
lebih baik daripada seribu amal ibadah dengan nafsu.”
Syekh
Ahmad Zarruq: “ketika sebuah amal ketaatan melahirkan bibit keburukan yang
identik pada maksiat (ujub dan angkuh), maka amal ibadah itu bernilai buruk.
sebaliknya, ketika sebuah maksiat berbuah kebaikan yang identik pada amal
ketaatan (rendah diri dan fakir), maka maksiat (formalitas) itu bernilai baik,”
Hikmah
ini bukan berarti merupakan anjuran Syekh Ibnu Athaillah untuk berbuat maksiat.
Kita tetap harus berupaya untuk menaati perintah Allah dan mengejar ibadah
sunah. Penekanannya terletak pada sejauhmana manusia menjaga husnul adab
di hadapan-Nya dengan sifat kerendahan diri dan kefakiran. Beliau mengingatkan bahaya ujub yang kemudian
memandang orang lain tidak lebih taat, tidak lebih suci, dan tidak lebih baik
dibanding orang yang menaati perintah Allah.
Apa yang dikemukakan Ibnu Athailah ini selaras dengan yang dikemukakan Imam Ghazali dalam kitabnya mihajul abidin "Diwajibkan atas kita menjaga hati dan menjadikannya baik dengan usaha sungguh-sungguh. sebab hati adalah bagian tubuh manusia yang paling besar bahayanya, pengaruhnya paling kuat, masalahnya paling pelik dan sukar. paling halus dan sulit untuk memperbaikinya. dan Hati merupakan pusat penilaian robul 'alamin.
Wallahu a‘lam. Semoga menjadi bahan perenungan dan dapat
kita ambil hikmahnya.
referensi : www.nu.or.id, minhajul abidin-Imam Ghazali