Jumat, 06 Oktober 2017

Allah Tidak Pandang Rupa dan Amalmu



ALLAH TIDAK PANDANG RUPA DAN AMALMU

Menurut Ibnu Athaillah :
“Sebuah maksiat yang berbuah kerendahan diri dan kefakiran (di hadapan Allah) lebih baik daripada amal ibadah yang melahirkan bibit kebanggan dan keangkuhan.”.

Ringkasan Syarah terhadap pendapat Ibnu Athailah dari para ulama:

Syekh Ibnu Abbad: “ Tak ada kebaikan apapun pada amal ibadah yang lazim padanya sifat bangga dan. Sebaliknya, (Allah) tidak peduli pada maksiat yang lazim padanya sifat kerendahan diri karena sifat itu akan menghapus dan menghilangkan kadar kesalahan maksiat tersebut.
Syekh Abu Madyan berkata:”Kerendahan diri pelaku maksiat lebih baik daripada kewibawaan orang yang beramal saleh.”

Syekh Ibnu Ajibah:“Buat saya, maksiat yang membuahkan kerendahan diri lebih utama dibanding ketaatan ibadah yang memicu keangkuhan karena tujuan hakiki atas amal ibadah adalah ketundukan, penyerahan, kepatuhan, ketaklukan, dan kerendahan diri, Yang jadi patokan adalah hasil atau buah dari keduanya .

Syekh Abul Abbas Al-Mursi : “Mahaguru kami berkata, ‘Sebuah maksiat kepada Allah lebih baik daripada seribu amal ibadah dengan nafsu.”

Syekh Ahmad Zarruq: “ketika sebuah amal ketaatan melahirkan bibit keburukan yang identik pada maksiat (ujub dan angkuh), maka amal ibadah itu bernilai buruk. sebaliknya, ketika sebuah maksiat berbuah kebaikan yang identik pada amal ketaatan (rendah diri dan fakir), maka maksiat (formalitas) itu bernilai baik,” 

Hikmah ini bukan berarti merupakan anjuran Syekh Ibnu Athaillah untuk berbuat maksiat. Kita tetap harus berupaya untuk menaati perintah Allah dan mengejar ibadah sunah. Penekanannya terletak pada sejauhmana manusia menjaga husnul adab di hadapan-Nya dengan sifat kerendahan diri dan kefakiran. Beliau  mengingatkan bahaya ujub yang kemudian memandang orang lain tidak lebih taat, tidak lebih suci, dan tidak lebih baik dibanding orang yang menaati perintah Allah.  

Apa yang dikemukakan Ibnu Athailah ini selaras dengan yang dikemukakan Imam Ghazali dalam kitabnya mihajul abidin "Diwajibkan atas kita menjaga hati dan menjadikannya baik dengan usaha sungguh-sungguh. sebab hati adalah bagian tubuh manusia yang paling besar bahayanya, pengaruhnya paling kuat, masalahnya paling pelik dan sukar. paling halus dan sulit untuk memperbaikinya. dan Hati merupakan pusat penilaian robul 'alamin.
Wallahu a‘lam. Semoga menjadi bahan perenungan dan dapat kita ambil hikmahnya.


referensi : www.nu.or.id, minhajul abidin-Imam Ghazali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar