Rabu, 26 Juli 2017

Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah


 ..........................
Penting untuk di baca dan di pahami agar kita tidak mati dalam keadaan kufur atau suul khotimah meski se-sholeh, sebanyak apapun amal ibadah kita karena salah dalam aqidah. Naudzubillah.

kebanyakan orang shaleh sangat takut dengan suul khatimah” (Imam Ghazali-Minhajul Abidin)
 .............................

AQIDAH AHLU SUNNAH WAL JAMAAH

Aqidah umat islam ahlu sunnah waljamaah adalah :
Mensucikan Allah ldari Hadd, Anggota badan, ruang & waktu dan Semua Sifat-sifat Makhluk. Salah satu perbedaan antara Allah dan seluruh makhluk ciptaan-Nya adalah bahwa Allah itu adalah Dzat yang tidak membutuhkan makhluk dan sifat- sifat makhluk. Allah tidak butuh tempat, karena tempat itu sendiri adalah makhluk ciptaan Allah. Allah tidak membutuhkan waktu, Allah tidak membutuhkan arah, dan Allah juga tidak memiliki bentuk jisim/tubuh seperti layaknya sifat makhluk.
Begitu penting dan bahayanya permasalahan ini Sehingga Para ulama, Salafus Sholeh mewanti-wanti agar umat muslim berhati hati karena bisa menjerumuskan ke dalam kekufuran oleh sebab menyerupakan Allah SWT dengan mahluknya. Berikut adalah diantaranya pernyataan Para Imam, Para Ulama, terkait bahayanya aqidah mujasimmah (mensifati Allah serupa mahluk):

* Imam Asy-Syafii berkata:

“Barang siapa yang berusaha untuk mengetahui pengatur-Nya (Allah) hingga meyakini bahwa yang ia bayangkan dalam benaknya adalah Allah, maka dia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya), kafir.,.. (Diriwayatkan oleh al Bayhaqi dan lainnya)

Imam asy-SyafiI menyatakan kekufuran orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas arsy dan tidak boleh shalat (bermakmum) di belakangnya. (Ibn al Muallim al Qurasyi (W. 725 H) dalam karyanya Najm al Muhtadi menukil perkataan al Imam al Qadli Najm ad-Din dalam kitabnya Kifayah an-Nabih …fi Syarh at-Tanbih bahwa ia menukil dari al Qadli Husayn (W. 462H) )

Imam Ghazali (minhajul Abidin)
“Seseorang dapat mati dalam keadaan suul khatimah walaupun ia seorang yg sangat berhati-hati, zuhud dan saleh karena menganggap Allah benar-benar duduk diatas ‘Arasy, padahal Allah itu Laisa Kamitslihi syai’un” (Tidak serupa dengan sesuatu apapun)


* Ibnu Hajar al Haytami (W. 974 H) dalam al Minhaj al Qawim , mengatakan:
“Ketahuilah bahwasanya al Qarafi dan lainnya meriwayatkan perkataan asy-Syafii, Malik, Ahmad dan Abu Hanifah mengenai pengkafiran mereka terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa Allah di suatu arah dan dia adalah benda, mereka pantas dengan predikat tersebut (kekufuran)”.

Jalaluddin As-Suyuthi ( Imam Suyuthi ), dalam Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn Arabi mengatakan:
“Ia (ayat2 mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain & istiwa sebagaimana makna yg selama ini diketahui (wajah, tangan, mata, betempat), ia kafir secara pasti.”

* Al Imam Ahmad ar-Rifai (W. 578 H) dalam al Burhan al Muayyad berkata:
“Jagalah aqidah kamu sekalian dari berpegang kepada dzahir ayat al Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW yang mutasyabihat sebab hal ini merupakan salah satu pangkal kekufuran”.

* Abu Bakr Ash-Shiddiq berkata :

"Pengakuan bahwa pemahaman seseorang tidak mampu untuk sampai mengetahui hakekat Allah adalah keimanan, sedangkan mencari tahu tentang hakekat Allah, yakni membayangkan-Nya adalah kekufuran & syirik". (diriwayatkan oleh ahli Fiqih & hadits al Imam Badr ad-Din az-Zarkasyi as-Syafi'i (W. 794 H) & lainnya).

* Al-Imam Al-Hafidz Abdurrahman Ibnu Al-Jawzi (wafat 579 H). Dalam buku beliau Al-Fatawa Al-Hindiyah:
"Seseorang itu bisa jatuh pada Hukum Kafir jika menisbahkan tempat bagi Allah." (2/259)


* Syekh Abd Al Ghani An-Nabulsi : dalam kitabnya al faidl ar-rabbani berkata:
"Barangsiapa yang mengatakan bahwa Allah terpisah dari-Nya sesuatu, Allah menempati sesuatu, maka dia telah kafir".


* Imam at Tohawi (wafat 321 hijrah):
“ Barang siapa yang menyifatkan Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia maka dia telah kafir. Kemudian ulama‟-ulama‟ Ahlu Sunnah telah menafsirkan istiwa yang terkandung di dalam Al quran dengan makna menguasai arasy karena arasy adalah makhluk yang paling besar, oleh itu ia disebutkan dalam al Quran untuk menunjukkan kekuasaan Allah sebagaimana kata-kata Sayidina Ali bin Abi Thalib mengatakan :
“Sesungguhnya Allah telah mencipta al-arasy untuk menzohirkan kekuasaanya, bukannya untuk menjadikan ia tempat bagi Nya. (diriwayatkan oleh Imam Abu Mansur al-Tamimi dalam kitabnya At-Tabsiroh)


Pernyataan diatas hanyalah sebagian dari banyaknya pendapat para ulama, Para Imam dalam Mazhab 4, tentang kekufuran bagi siapa saja yang mensifati Allah dengan mahluk.



Hal ini perlu diketahui mengingat dewasa ini ada faham yang dari luar terlihat begitu baik dan meyakinkan bahkan jika dilihat sepintas lebih baik dari orang-orang muslim disekitarnya akan tetapi jika ditelusuri lebih dalam maka aqidah mereka menuju mujasimah/musyabbihah yang sangat terlarang dalam Islam dan mereka memfitnah menisbatkan bahwa Imam 4 mazhab pun berpendapat sama dengan mereka,


Wallahu a’lam bishowab semoga Allah SWT selalu memberikan kita petunjuk yang lurus yang Ia ridhoi.
                                                          =======

Tidak ada komentar:

Posting Komentar