Dalam satu mudzakaroh seorang anak muda berdialog dengan seorang Ustadz:
Anak Muda: Ustad apa hukum berdzikir setelah sholat fardu yang tidak di contohkan rasulullah saw, bukannya itu bid’ah?
Ustadz : Begini ya dek, hati-hati loh jgn asal tuduh bid’ah sini bid’ah sana, nanti gimana pertanggung jawabannya di yaumul mahsyar kepada Allah dan RasulNya..melarang sesuatu yang tidak Allah dan rasulNya larang karena kemakan Nafsu dan ego?
Imam syafii itu ngajinya lebih dari 40 tahun seorang alim lagi fakih hafal ratusan ribu hadits, Hafal Al quran sejak usia 7 thn, Hafal seperti kjita membaca al ikhlas, Ibnu Hajar menegaskan, bahwa setelah priode asy-Syafi’i tidak pernah ditemukan lagi seorang mujtahid muthlaq atau mujtahid mustaqil. Akan tetapi dengan rendah hatinya beliau berkata “"apabila pendapatku bertentangan dengan hadits shahih lemparkanlah pendapatku ke dinding". Itu adalah ciri ilmu padi yg makin berisi makin merunduk, tidak seperti orang atau ustadz zaman sekarang baru baca 4-5 kitab, baru ngaji 5-10 tahun sudah berani membidahkan amalan-amalan ulama salaf.
Anak muda itu agak tertunduk.
Ustadz : anda tau apa itu bid’ah?
Anak muda : yaa ga ngerti juga sih ustad, taunya ga dilakukan rasulullah saw aja
Ustadz : Bid’ah itu menurut para Ulama dalam mazhab 4 yaitu seperti yg di utarakan Imam Syafi’i. Yang ditulis Imam Ibnu Hajar Asqolani dalam kitabnya fathul bari:
“Bid’ah ada dua macam: Bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang tercela. Bid’ah yang sesuai dengan Sunnah adalah bid’ah terpuji, dan Bid’ah yang menyalahi Sunnah adalah bid’ah tercela”.
Atau dalam kitab lain Imam Syafii berkata :
Perkara-perkara baru (Bid’ah) itu terbagi menjadi 2 macam :
1) Perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yang sesat (Bid’ah Dholalah).
2) Perkara baru yang baru yang baik & tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).
(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469).
Dan Imam Izzuddin Abdussalam merinci:
Bid’ah terbagi ke dalam 5 bagian, yaitu:
1. Bid’ah Wajib,
2. Bid’ah Haram,
3. Bid’ah Sunnah,
4. Bid’ah Makruh,
5. Bid’ah Mubah.
Jadi amalan yg baik itu tidak selalu harus ditunjukan langsung oleh rasulullah SAW, selama tidak menyalahi Alqur’an, sunnah ijma dan atsar maka itu adalah bidah yang baik.Faham antum?
Anak muda : e...belum tad, mungkin sedikit (cengar cengir..), bagaimana kaitan dengan dzikir tadi?
Ustadz : coba sy Tanya, klo sehabis salam terus antum ke belakang lalu push up hukumnya apa?
Anak muda : boleh tad? Atau haram?
Ustadz : sholat antum ga keganggu insha allah sah karena sudah selesai tp jelas merusak adab masjid jadi bisa jadi makruh, tp klo setelah sholat trus ngeluarin hp baca WA hukumnya apa?
Anak muda: boleh tad?
Ustadz : hukumnya boleh atau mubah, klo WA nya gambar ahwat yg gak nutup aurat jadi turun hukumnya haram, andesten?
Anak muda: Iya tad tapi eu nganu klo soal dzikir td gimana?
Ustadz : kalo sy dzikir 124 kali mmh atau 67 kali atau 45 kali sehabis sholat fardu hukumnya apa?
Anak muda: kan ga di contohin rasulullah SAW tad?
Ustadz : karena tidak dicontohkan rasul SAW maka hukumnya bid’ah tapi bid’ah hasanah karena tidak menyalahi Alqur’an, hadits, ijma, atsar yaitu bidah mubah atau boleh.
Anak muda: berarti mubah aja tad ga dapat pahala?
Ustadz: klo cuman ngeluarin HP ya mubah doang ga dapat pahala tapi yg sy lakukan itu dzikir, entah itu satu kali, 5 kali ataupun 65 kali…hukumnya apa kalau berdzikir itu? tidak peduli dimanapun kapanpun asal jgn di WC, apa hukumnya?
Anak muda : sunnah tad
Ustadz : silahkan di renungkan….. wallohualam bishowab.
Al Imam Ibnu sirin berkata “Ilmu itu adalah agama, maka perhatikan dari siapa kau mengambil agamamu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar